Kecintaan Wiji Thukul Terhadap Buku Semasa Pelarian Dari Kejaran Aparat

Foto: Wiji Thukul aktivis PRD

Oleh: Efri Yandi

Semasa di Tangerang, Wiji Thukul Kerap membawa buku bacaan untuk teman-temanya.

Terepercayanews – Kerap kali ia semasa dalam pelarian pengejaran polisi zaman Orde Baru, Thukul selalu berpindah-pindah tempat menyelamatkan diri dari pengejaran aparat. Walaupun dalam kondisi situasi berbahaya bagi dirinya, Thukul tidak pernah lepas dari buku yang ia selalu bawa kemana pergi.  Pada tahun 1997 tepat pada bulan Juli, Wiji Thukul mengunjungi rumah kontrakan temanya Lukman Hakim di Kebon Jati, Karawaci Tanggerang. Bersama Lukman, Aktivis Partai Rakyat Demokratik, mereka tinggal bersama di rumah kontrakan itu sekitar lima bulan.

Rumah kontrakan dua lantai semipermanen dengan bangunan berlantai semen berdinding dari anyaman rotan. Disetiap lantai terdapat enam kamar, mereka tinggal dipaling pojok lantai dua. Pada kamar itu apabila jendela dibuka dalam kenangan lukman, “kami dapatkan pemandangan sawah dari jendela kamar.” Dia juga masih ingat biaya kontrakan kamar sebulan Rp 150 ribu.

Pertemuan Lukman dengan Wiji Thukul di rumah kontrakan ini diantar Petrus Bima Anugrah, aktivis Partai Rakyat Demokratik yang diculik dan hilang pada 1998. Pada waktu itu Bima merupakan salah satu anggota Komite Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik KPP PRD. Komite ini dibentuk setelah larangan terhadap PRD akibat kerusuhan 27 Juli 1996. Dalam jabatanya Bima merangkap sebagai kurir atau sebagai penyampai informasi dari KPP PRD ke organisasi bawahanya.

Atas permintaan pengurus Komite aktivis PRD, Linda Cristanty ketika itu menjadi koordinator wilayah Bogor, Tanggerang, dan Bekasi. Wiji Thukul mendapatkan tugas di Tanggerang bersama Bima. Mereka bergantian tugas,. Bila Bima ke Jakarta Thukul yang tinggal di Tanggerang “Bergantian selama tiga hari lalu pergi, kemudian datang lagi.” Kata Lukman.

Mereka bertugas sebagai kurir yang menyampaikan informasi berupa strategi atau perkembangan politik terbaru dari KPP kepada Lukman dan kawan-kawan di Tanggerang. Mereka juga meneruskan informasi mengenai rapat bersama, perkembangan kasus pimpinan PRD pada saat dalam proses di pengadilan, dan konsilidasi partai. Semua pesan yang dibawah Thukul dan Bima tidak pernah dalam bentuk memo tertulisan, melaikan lisan. “Tak pernah ada bahan yang diberikan tertulis untuk disimpan,” ujar Lukman yang pada tahun 2013 pernah menjabat sebagai ketua Umum Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia.

Setiap kali berkunjung ke rumah kontrakan, Thukul kerap membawa buku dengan bergam tema, tak hanya dari kaum kiri. “Juga kamus fisafat dan karya sastra terjemahan,” kata Lukman. Buku-Buku itu sekarang tersimpan di rumah Lukman yang berjumlah 50 buah.

Kecintaan Wiji Thukul terhadap buku-bukunya membuat Abdul terkesan. Thukul pernah memarai Abdul, karena waktu itu Abdul menggunakan buku tersebut sebagai tatakan mangkuk mie instanya. “Jangan sekali-kali menggunkan buku buat tatakan, itu karya manusia yang harus dihargai,” ujarnya. Bukan hanya buku, bahkan koran bekaspun tidak boleh digunkan buat alas.

Waktu itu Lukman dan Abdul sedang melakukan pengorganisasian masa, namun Thukul tidak dilibatkan dalam kegiatan tersebut, karena ia masih dalam target penculikan. “Setiap kali datang di malam hari, kami bedikusi tentang buru dan perkembangan politik,” kata Abdul.

Biasanya Thukul datang berkemeja menggunkan celana bahan dan menggunkan topi. “Tidak sekedar menutupi wajah, topi diperlukan untuk menghindari panas, karena kami sering jalan kaki,” ujar Abdul.

Dalam perjalanan, Thukul selalu membawa tas yang terbuat dari kantong terigu berwarnah putih. Di dalam tas terdapat buku, pakaian, dan kaca mata baca. Pada kebiasaanya sebelum tidur Thukul menyempatkan diri membaca buku yang dibawanya. “ Setelah itu, dia biasa menulis, entah catatan entah puisi,” kata Lukman. Dalam ingatan lukman pada waktu itu potongan rambut Thukul tidak ada yang khusus, ia membiarkan rambutnya yang ikal sedikit terurai di leher. Tidak gondrong juga tidak pendek.

Sumber: Tempo, Teka-Teki Orang Hilang “Prahara-prahara Orde Baru

 

Pos terkait